Jumat, 24 Agustus 2012

PESONA DATARAN TINGGI DIENG

 SEDIKIT ASAL-USUL TENTANG DIENG DAN TEMPAT WISATA YANG ADA DI DIENG


•Geografis
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7’ 12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
Secara administratif, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut.
Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari :
Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil Sikuunir dan Prambanan.
Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.

•Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi, daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
'Surga Dieng' yang pada masa kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diyakini sebagai poros dunia. Ketika itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan 'gunung kosmik' Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, ketika itu, Dieng (surga para hyang) tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tapi juga pusat spiritualitas dan peradaban.
Dulu diperkirakan ada 200 candi di seputar Dieng. Tapi karena bencana alam tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata ‘Dieng’ yang dikatakan merupakan tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu dibuat untuk memuja Dewa Siwa. Siwa adalah dewa perusak. Dipuja agar ia tidak merusak kehidupan manusia.
Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia.
Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara

•Geologi
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi. Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah.
Beberapa bukti menunjukan hal tsb adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979.
Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan. Secara biologi,
aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.

•Hidrologi
Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu dengan sumber dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari kali Tulis dgn sumber air dati kaki Gunung Perahu.
Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan utuk pengairan areal pertanian.

•Manusia dan Alam
Sumber Daya Manusia (penduduk) di Kawasan Dataran Tinggi Dieng berjurnlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 KM.
Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku lawa Pegunungan, yang pada umumnya merupakan memeluk agarna Islam yang patuh dan taat. Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari hari,
hanya mereka masih segan untuk melepaskan cara hidup tradisional seperti dalam acara adat Perkimpoian dan Khitanan.
Sedang letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ketinggian ± 2.095m dpa.
Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Sebagian besar pendudluk Kawasan Dataran Tinggi Dieng hidup dari hasil pertaniannya. Namun demikian karena pesatnya kemajuan dalam perekonomian sekarang ini, maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang
perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di Kantor kantor Pernerintahan. Dengan meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng,
maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan / penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan perusahaan yang melayani kepentingan wisatawan tersebut, seperti misalnya bekerja di hotel hotel, restoran dan lain-lain.


Candi

Berdasarkan temuan Prasasti Situs Dieng diperkirakan dibangun abad VII – XIII Masehi. Sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa ( istri Syiwa ). Komplek candi dibangun di bekas cekungan sisa kawah. merupakan bangunan Hindu tertua di Jawa Tengah yang dibangun sekitar abad ke tujuh, lebih tua dari prambanan yang dibangun pada abad ke delapan.
Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng dibagi menjadi 5 kelompok.
Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site ( tempat pemujaan ) yaitu :

Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
Kelompok Candi Magersari

Kompleks Candi Arjuna terdiri dari 5 candi.
Deret sebelah timur adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Putadewa dan Candi Sembadra.
Berhadapan dengan Candi Arjuna adalah Candi Semar yang terletak sendiri di sebelah barat.
Pada candi-candi tersebut digambarkan dewa-dewa pendamping Dewa Siwa.
Hanya di candi Srikandi terdapat gambar Dewa Brahma, Siwa dan Wisnu.

Candi Gatotkaca terletak di kaki bukit Pangonan (Bukit tempat penggembalaan)
terdapat Makara yang khas berupa wajah raksasa yang menyeringai tanpa rahang bawah.

Candi Bhima mempunyai penampilan yang khas,
pada bagian atapnya mirip dengan bentuk Shikara seperti mangkuk yang ditelungkupkan.

Candi Dworowati terletak di utara dan didirikan di Bukit Perahu dengan ukuran 5m x 4m dan tinggi 6m.

Dan beberapa candi lain :

Candi Semar
Candi Sembadra
Candi Srikandi
Candi Setyaki



Telaga
1 . Telaga Merdada
Telaga Merdada dahulumerupakan kepundan (kawah gunung berapi yang kemudian terisi air hujan) air dari telaga itu dapat dipergunakan untuk kebutuhan penduuduk Desa Karang Tengah

2. Telaga Sewiwi
Telaga ini bukan merupakan bekas kawah melainkan pemunculan air tanah dari bukit bukit sekitarnya ditambah air hujan, sehingga terjadilah telaga. Sekarang telaga ini berkurang airnya.

3.Telaga Balekambang
Terletak di Kompleks Candi Pendowo, untuk menghindari bahaya banjir yang dapat merusak candi candi, penduduk membuat saluran pembuangan air kesungai Dolok. Saluran tersebut diberi nama Gangsiran Aswatama.

4. Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Kedua telaga ini dulu merupakan satu telaga saja, karena terbendungnya Sungai Tulis oleh lava, maka telaga tersebut terpisahkan menjadi dua sampai sekarang.Telaga ini juga telaga yang paling ramai dikunjungi karena letaknya yang strategis.

5. Telaga Dringo
Nama Dringo didapat dari tumbuhnya dringo di sekeliling telaga tanpa ditanam orang. Telaga itu juga merupakan bekas kawah yang meletus pada tahun 1786.Terletak di desa Pekasiran, dan langsung berbatasan dengan desa wonopriyo kecamatan Blado kabupaten Batang, sejalur dengan kawah candradimuka.

6. Telaga Cebong
Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh perbukitan.
Air tanah bukit bukit itumengisi cekungan tersebut.
Air telaga digunakan untuk keperluan sehari hari oleh penduduk Sembungan.

7. Telaga Menjer
Merupakan telaga alam terluas di Kabupaten Wonosobo.
Berada di ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut, dengan luas 70 Ha dan kedalaman 45 meter.
Telaga Menjer terletak didesa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo 12 km sebelah utara kota Wonosobo.

Kawah




 Berikut adalah kawah-kawah di DT Dieng:
Candradimuka
Sibanteng
Siglagah
Sikendang, berpotensi gas beracun
Sikidang
Sileri
Sinila, berpotensi gas beracun
Timbang, berpotensi gas beracun

1. Kawah Sibanteng
Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik dua pada bulan Januari 2009, menyebabkan kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas.
Letusan lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik Perhutani di sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung Kali Putih, anak Sungai Serayu. Sebelumnya Kawah Sibanteng meletus pada bulan Juli 2003.

2. Kawah Sikidang
Kawah Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai.
Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Karena seringnya berpindah-pindah seperti rusa/ kidang, maka orang2 sekitar menyebutnya kawah sikidang (anak Kijang) .

3. Kawah Pagerkandang
Bila dilihat morfologinya dapat disimpulkan sebagai bekas kawah gunung berapi yang berbentuk kerucut.
Tubuh gunung telah runtuh akibat letusan dan punggung di sebelah utara sampai barat laut menjadi terbuka dan keluarlah bahan letusan.
Kegiatan vulkanik

4. Kawah Sileri
Kawah Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (catatan yang ada 1944, 1964, 1984, dan Juli 2003).
Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga katup kawah yang baru disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.
juga merupakan cekungan yang terisi oleh bahan, letusan dari Pagerkandang (tahun 1944). Dari morfologinya terlihat bahwa kawah ini merupakan lubang peletusan pindahan dari Kawah Pagerkandang. Kawah Sileri merupakan kawah terluas. Air kawahnya bergolak, mendidih persis seperti bekas cucian beras yang dalam bahasa Jawa disebut Leri, sehingga dinamakan Sileri

5. Kawah Sinila
Kawah Sinila terletak di Pekasiran. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, tepatnya 20 Februari 1979. Gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian ke luar rumah, namun kemudian terperangkap gas yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan Sinila.
Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.


6. Kawah Candradimuka
Kawah ini bukan merupakan kawah gunung berapi, melainkan pemunculan solfatar dari rekahan tanah. Terdapat dua lubang pengeluaran solfatar yang masih aktif, salah satunya mengeluarkan solfatar terus menerus sedangkan yang lain secara berkala.
Tempat ini dipakai untuk Upacara Ritual Ruwatan 1 Suro.
Terletak di desa Pekasiran Batur Banjarnegara.

Obyek wisata lainya


Museum Dieng Kailasa
Menyimpan artefak dan memberikan informasi tentang alam (geologi, flora-fauna),
masyarakat Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian)
serta warisan arkeologi dari Dieng.
Memiliki teater untuk melihat film (saat ini tentang arkeologi Dieng),
panggung terbuka di atas atap museum, serta restoran.

Dieng Plateau Theater (DPT)

Teater untuk melihat film tentang kegunungapian di Dieng.
terletak di bukit sebelah barat telaga warna,
di puncak bukitnya bisa melihat pemandangan telaga warna dan pengilon.

Air Terjun

Air terjun Sikarim
yang merupakan terusan dari air telaga cebong.
terletak di tengah tengah antara desa sembungan dan desa mlandi garung.
perjalanan yang menarik jika kita berangkat dari desa sembungan,
karena berjalan dengan awan yg berada dibawah kita.

Curug Sirawe
curug yg sejalur dengan air panas bitingan, berada di tengah tengah dieng - pekasiran.

Puncak-puncak

Dibagian Utara :
• G. Petarangan (2135 m)
• G. Pangamun amun (2173 m)
• G. Gajah mungkur (2241 m)
• G. Prau (2566 m)
• Pager pandang/Sipandu (2241 m)
• G. Abang/Sawangan (2239 m)
• G. Jimat (2213 m)

Di bagian Timur :
• G. Patak Banteng (2578 m)
• G. Igir Matamanuk (2205 m)
• G. Igir Banteng (2198 m)
• G. Watu Sumbul (2154 m)
• G. Paku Wojo (2395 m)

Di bagian Selatan :
• G. Seroja (2275 m)
• G. Sidede (2231 m)
• G. Bisma (2365 m)
• G. Sikunir (2.263 m)
• G. Kendil
• G. Prambanan

Di bagian Barat
• G. Pangonan (2308 m)
• G. Nagasari (2365 m)

Gua

Gua Semar, Gua Jaran, Gua Sumur.
Terletak di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon,
sering digunakan sebagai tempat olah spiritual.

Sumur Jalatunda

Sumur yang bukan buatan manusia ini terletak di desa Pekasiran.
Merupakan kepundan gunung berapi yang meletus dan terisi air menjadi sumur
dengan kedalaman 100 m dan mempunyai garis tengah kurang lebih 90 meter.
Konon Sumur Jalatunda merupakan salah satu pintu gaib menuju penguasa Laut Selatan.

Tuk Bima Lukar
Mata air Sungai Serayu, sering disebut dengan Tuk Bima Lukar (Tuk = mata air).
Sebuah mata air yang berasal dari gunung Prau 2566 m dpl yang dianggap sebagai mata air suci bagi umat Hindu, mata air ini juga merupakan hulu sungai Serayu yang bermuara di Samudera Indonesia. Dari sumber mata air di kaki gunung Prau tersebut aliran air mengarah pada tempat yang disebut Bima Lukar. Ditempat tersebut akan ditemui bangunan kuno dengan lambang Lingga (Kelamin laki-laki) dan Yoni (kelamin wanita). Lingga dengan lambang kepala gajah dengan lubang di tengah sebagai tempat air mengalir, di kanan-kiri terdapat batu bulat layaknya 2 testis dan di bagian bawah terdapat batu datar persegi dengan bagian tengahberlubang untuk menampung pancaran air dari Lingga.
Adapula gambaran lain mengenai Bima Lukar yang dikisahkan melalui legenda atau cerita rakyat yang artinya Telanjang. Ringkas cerita bahwa Bima Lukar adalah tempat dimana Pandawa (diwakilkan oleh Bima) dan Kurawa berlomba membuat sungai yang akhirnya dimenangkan oleh Bima. Karena sebelum memulai menggali Bima mendapat wangsit dari dewa supaya menggali tanpa busana/lukar dan dengan alat vitalnya untuk membuat lubang serta mengaliri sungai dengan air kencingnya. Usai membuat sungai tersebut Bima melihat seorang gadis sedang mandi di sungai yang dibuat oleh Bima seketika itu Bima berucap “Sira Ayu” (Kamu Cantik) maka nama sungai tersebut menjadi SERAYU. Sungai ini merupakan sungai dengan aliran terpanjang di daerah Jawa Tengah. Sedangkan sungai yang di buat oleh kurawa bernama Klawing yang saat ini berada di daerah Purbalingga Jawa Tengah. Menurut legenda sampai saat ini barang siapa yang memcuci muka di air Bima Lukar akan menjadi : awet muda, enteng jodoh, tambah cantik karena dibasuh dengan air kencing Bima yang Segar.

Watu Kelir
Situs berupa tembok batu yang menempel pada bukit tepat di atas Tuk Bima Lukar. Pada situs Watu Kelir ini juga terdapat tangga batu yang menghubungkan bagian bawah dengan bagian atas bukit. Situs ini dulunya diperkirakan berfungsi sebagai jalan masuk ke kelompok candi. Tangga berudak yang terbuat dari batu lebih memudahkan perjalanan ke bagian atas bukit.

Gangsiran Aswatama
Saluran air kuno yang terletak di Desa Pakasiran dan Telaga Balekambang yang diduga fungsinya dulu untuk mengeringkan air danau yang menggenangi dataran tinggi Dieng.

Gardu Pandang Tieng
Dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut, dari atas gardu pandang dapat menikmati pemandangan yang sangat indah, dan dipagi hari dapat pula melihat matahari terbit dengan cahaya keemasan atau dengan istilah “Golden Sun Rise” di pagi hari. Kalau dari arah wonosobo pasti melewati gardu pandang ini.

Situs Ondho Budho

Berupa bangunan tangga batu kuno yang terletak diantara desa Siterus dan desa Sembungan. Konon tangga ini digunakan sebagai jalan pintas dari dieng menuju desa Sembungan. Sekarang komplek ini dikelilingi pohon cemara , pinus dan beberapa areal pertanian warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar