Jumat, 14 September 2012

Kondom Punya Pasal, Ribut Orang Senegeri



KONDOM kini ramai jadi perbincangan. Ini gara-gara Bu Menkes kita Nafsiah Mboi yang menjabat belum sebulan, mau bagi-bagi kondom gratis untuk remaja dan ibu-ibu. Pro dan kontra pun ramai. Ada yang setuju dan ada yang tidak. Di balik gonjang-ganjing kondom ini ternyata ada duitnya. Bahkan Kemenkes telah tuntas menganggarkan pengadaan kondom ini sebesar Rp 25,2 Miliar. Kondom dipesan bersama alat kontrasepsi lain sebagai program pencegahan HIV/AIDS. Bu Menteri sejatinya benar, karena tak ingin rakyat negeri mati-mati sia-sia karena HIV/AIDS tersebut.
Kemenkes membeli barang-barang itu dari PT Kimia Farma Trading & Distribution dengan harga pemenang tender sebesar Rp 24.8 miliar. Jual beli ini yang menjadi perhatian masyarakat. Dan berbuntut adanya dugaan penyimpangan.
Tapi ada juga yang menilai bagi-bagi kondom ini adalah bagian dari kampanye bebas Free Sex di kalangan remaja dan ibu-ibu ini, bakal digunakan sebagai peluang melakukan seks bebas.
Bu Nafsiah lantas menerima protes, dan mendapat pertanyaan ke mana kondom gratis itu akan dibagikan. Ternyata, menurut Menkes, kondom ini akan dibagikan ke lokasi-lokasi pelacuran, tapi tak disebutkannya lokasi yang mana. Dan ini bisa menjadi ekses baru lagi, yaitu gara-gara lokasinya menerima pembagian kondom gratis, para germo akan memproklamirkan bahwa lokalisasinya resmi dan mendapat pengakuan dari pemerintah karena dapat pembagian resmi kondom gratis.
Ternyata kondom yang dibagikan Bu Menkes itu bukan sebiji dua biji, tapi 57 juta biji. Jelas gebrakan perdana Bu Menteri ini me­uai protes keras dari ka­langan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan DPR.
Dua lembaga itu tidak setuju dengan kebijakan Kementerian Ke­sehatan yang hendak memerangi penularan virus HIV/AIDS, dan praktik aborsi melalui pembagian kondom kepada remaja secara gratis.
Nafsiah pun sudah siap dengan jawabannya, karena kampanye yang dimaksud ditujukan kepada kalangan sex beresiko. "Seks berisiko adalah setiap hubungan seks yang berakibat pe­nularan penyakit kelamin ter­masuk HIV, AIDS, sifilis dan se­ba­gainya, maupun berisiko kehamilan yang tidak dikehendaki," ujar Menteri kepada wartawan, di Jakarta.
Dijelaskan Menteri, hubungan seks berisiko juga terjadi di kalangan remaja. Oleh karena itu remaja berhak mendapatkan informasi positif dari berbagai sisi misalnya, pendidikan agama, pendidikan moral, pengetahuan reproduksi, dan informasi tentang obat terlarang, miras yang merangsang nafsu seks.
Meskipun kampanye kondom terus gencar, tapi data menunjukkan penularan penyakit HIV/AIDS terus meningkat. Pada 2010 tercatat dua juta remaja melakukan aborsi akibat hubungan seks berisiko.
Di tengah protes keras terhadap program Kemenkes mengkampanyekan pembagian kondom gra­tis, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sudah menyiapkan puluhan juta kondom di gudangnya.
"BKKBN sekarang sudah me­nyiapkan 400 ribu gross atau se­banyak 57,6 juta kondom," kata Kepala BKKBN Sugiri Syarif, menjelaskan stok mereka lebih banyak dibanding kondom miliki Menteri. Cuma kondom milik BKKBN ini tujuan penggunaannya jelas, yaitu untuk mencegah kehamilan.
DPR pun gerah dengan gebrakan Bu Menteri ini, dan akan memanggil Bu Menteri bersidang. DPR melihat program itu tidak akan menurunkan jumlah pelaku seks bebas, sebaliknya malah akan meningkatnya.
Hal ini tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
DPR melihat penyebaran virus HIV/AIDS yang mematikan itu tak akan selesai de­ngan kampanye penggunaan kondom.
Penularan penyakit seperti HIV/AIDS tidak hanya bersumber dari hubungan bebas tanpa kondom, melainkan bisa juga nar­koba. Jangan sampai niat baik itu jadi malah banyak negatifnya.
DPR pada prinsipnya mendukung pemerintah untuk menurunkan penderita HIV/AIDS, tapi menilai solusi yang ditempuh Menkes salah jalan.
DPR pun sudah melihat bahwa dalam rencana kerja anggaran Kemenkes sama sekali tidak mencantumkan program kampanye pembagian kondom. Itu bukanlah sebuah terobosan yang ditawarkan pemerintah, tapi sebuah kemunduran.
Majelis Ulama Indonesia pun ikut berteriak. Apapun alasannya MUI me­nolaknya, program itu tetap saja tidak sejalan dengan semangat menurunkan penyakit kelamin menular, justru akan meningkatkan jumlah penderitanya.
Menurut MUI, daripada memberikan kondom gratis, lebih baik tutup semua lokalisasi tempat prostitusi yang ada di Indonesia.
Ketua MUI Amidhan malah menyesal­an tindakan Menkes Nafsiah Mboi. Semestinya, menurut Amidhan, sebagai menteri yang baru menjabat, Nafsiah harus membuat satu ge­lar pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan terobosan, bukan yang malah me­nentang agama.
MUI malah mengancam akan mendatangi Presiden bila Nafsiah tetap bagi-bagi kondom gratis.
Menurut pendapat MUI, kondom hanya boleh digunakan pasangan suami istri sebagai alat kontrasepsi, dan menolak kondom itu dibagikan hanya untuk pasangan yang suka senang-senang saja.

"Kita raker dengan Menkes hari Senin (hari ini)," ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf kepada pers Minggu (24/6/2012) malam.
Nova enggan menjelaskan apa saja yang akan ditanyakan mengenai kampanye kondom, termasuk soal reaksi penolakan sejumlah kalangan yang menganggap penggunaan kondom sebagai bentuk legalisasi terhadap seks bebas.
Di tengah-tengah rencana Menkes bagi-bagi kondom gratis ini, malah ditemukan banyak kondom berserakan di sekitar GOR Pangkallalang, Tanjungpandan, Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Artinya tanpa dibagi pun pemakainya sudah bisa mengusakannya sendiri. Jadi usaha Bu Nafsiah itu, bagi orang Belitong, ya cuma buang-buang duit saja.
Bagi Belitong, rasanya warganya tak perlu kondom untuk mencegah HIV/AIDS, tapi hentikan saja pemasukan cewek-cewek cafe ke Belitong yang didatangkan dari Jawa maupun daratan Sumatera. Tapi manalah mungkin, konsumennya banyak kok. Para kuli-kuli TI yang umumnya para pendatang itu bakal marah bila stok kurang.

posting saya ambil dari hasil copas dari beberapa blog..
trawang.com, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar